Jumat, 24 Oktober 2014

RESENSI CERPEN

1)      Judul Resensi
Secarik Kisah di Masalalu
2)      Identitas Cerpen
a.       Judul Cerpen               : Laki-laki Pemanggul Goni
b.      Nama Pengarang         : Budi Darma
c.       Penerbit                       : Penerbit Buku Kompas
d.      Tanggal Terbit             : 7 Agustus 2013
e.       Jumlah Halaman          : 6 Halaman
f.       Jumlah kata-kata         : 1925 kata
g.      Editor                          : Jodhi Yudono


3)      Latar Belakang

 Alasan saya memilih cerpen yang berjudul “Laki-laki Pemanggul Goni” untuk diresensi, karena isi dari cerpen ini menarik. Menceritakan tentang seorang laki-laki misterius pemanggul goni yang sering menatap tajam sang tokoh utama, Karmain.

4)      Sinopsis Cerpen

Cerpen berjudul Laki-laki Pemanggul  Goni ini bercerita tentang pertemuan Karmain dengan laki-laki pemanggul goni. Dalam cerpen ini Karmain diganggu oleh seorang laki-laki pemanggul goni. Setiap kali akan sembahyang, Karmain selalu ditarik oleh kekuatan luar biasa besar untuk mendekati jendela, membuka sedikit kordennya, dan mengintip ke bawah, ke jalan besar, dari apartemennya di lantai sembilan, untuk menyaksikan laki-laki pemanggul goni menembakkan matanya ke arah matanya.
Laki-laki pemanggul goni itu uterus-menerus memandang tajam mata Karmain. Lelaki tersebut terus menerus menyudutkan Karmain akan cerita-cerita masalalunya. Dulu, ketika masih kecil, Karmain bersahabat karib dengan Ahmadi, Koiri, dan Abdul Gani, semuanya dari kampung Burikan. Karmain teringat, ia menemukan album lama. Ada foto ibunya ketika masih muda, seorang janda yang ditinggal oleh suaminya karena pada hari raya Idul Adha, suaminya tertembak ketika sedang berburu babi hutan bersama teman-temannya di hutan Medaeng. Karmain terpaku pada foto ibunya sampai lama, kemudian, tanpa sadar, dia terisak-isak. Dulu ibunya pernah bercerita, bahwa pada waktu-waktu tertentu akan ada laki-laki pemanggul goni, mengunjungi orang-orang berdosa. Pekerjaan laki-laki pemanggul goni adalah mencabut nyawa,
Karmain ingat, ketika umurnya memasuki masa remaja, dia bercita-cita, kelak kalau sudah dewasa, dia akan memiliki gedung bioskop. Maka, dengan caranya sendiri, dia menciptakan bioskop-bioskopan. Pada suatu hari, Karmain ingat, waktu untuk menabuh beduk sudah tiba. Maka berlarilah dia ke masjid. Setelah selesai sembahyang, Karmain dan beberapa orang pulang. Dalam perjalanan pulang itulah, mereka melihat asap hitam pekat membumbung ke langit. Udara pun menjadi luar biasa panas.
Dan Karmain ingat benar, dulu, menjelang kebakaran hebat melanda kampung Burikan, kata beberapa orang saksi, laki-laki pemanggul goni datang. Lalu, kata beberapa saksi pula, laki-laki pemanggul goni masuk ke rumah Karmain, kemudian bergegas-gegas ke luar, dan melemparkan bola-bola api ke rumah Karmain.

5)       Resensi

Cerpen ini sangat menarik dan memberikan banyak pelajaran bagi para pembacanya. Di awali dengan kisah seseorang bernama  Karmain yang diganggu oleh laki-laki pemanggul goni yang terus memojokkan Karmain dengan cerita-cerita masalalunya. Dalam cerpen ini terkandung unsur-unsur intrinsik yang sangat membangun. Adapun tema cerpen ini adalah mengenai keagaaman, karena dalam cerpen ini Karmain diceritakan sebagai seseorang yang rajin beribadah.
Gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang memang sangat sederhana, namun jelas dan mudah dipahami. Para tokohnya, Karmain dan Laki-laki pemanggul goni digambarkan dengan jelas sehingga para pembaca bisa membayangkan bagaimana penokohan dari para tokoh tersebut. Seperti penggambaran dari Karmain  yang selalu taat menjalankan ibadahnya dan tidak pernah takut akan ancaman orang lain. Sedangkan Laki-laki pemanggul goni digambarkan dengan tubuhnya tidak besar, tidak juga kecil, dan tidak tinggi namun juga tidak pendek, sementara goni yang dipanggulnya.
Setting dalam cerpen ini dijelaskan secara jelas. Seperti setting waktu, tidak tergantung apakah fajar, tengah hari, sore, senja, malam. Dan setting tempat seperti, Karmain pun bergegas mendekati jendela, dan menyaksikan di bawah sana, di tengah-tengah jalan besar, laki-laki pemanggul goni berdiri membungkuk mungkin karena goninya terlalu berat, sambil menembakkan matanya ke arah dirinya. Kendati lampu jalan tidak begitu terang, tampak dengan jelas wajah laki-laki pemanggul goni menyiratkan rasa amarah, dan menantang Karmain untuk turun ke bawah.
Alur dalam cerpen ini bersifat mundur karena inti cerita ini adalah mengenai Karmain yang bertemu dengan laki-laki pemanggul goni yang selalu memojokkan Karmain dengan cerita-cerita masalalunya.
Adapun sudut pandang yang digunakan oleh pengarang ialah sudut pandang orang ketiga, karena dalam cerpen ini pengarang menyebutkan tokoh-tokohnya dengan sebutan nama. Amanat yang dapat saya petik adalah kita harus rajin beribadah dan bersosialisasi dengan masyarakat.

Cerpen ini sangat bagus untuk dibaca oleh semua kalangan karena sangat menarik dan mengandung banyak pelajaran yang dapat dipetiknya. Cover dalam cerpen ini juga dibuat semenarik mungkin, sehingga dapat menarik para pembaca untuk membacanya. Kelebihan cerpen ini adalah kemampuan pengarang yang berupaya menjaga rasa penasaran pembaca agar membaca cerpen ini sampai akhir. Selain itu, kisah yang diceritakan dapat menguras emosi dan pikiran pembaca. Sedangkan kekurangannya terletak pada akhir kisah yang diceritakan tidak jelas.

Sejarah Antropologi Sosial dan Kesehatan

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena  atas  limpahan  rahmat  dan  karunia – Nya lah  sehingga penulis  dapat  menyelesaikan  Makalah Antropologi  ini  sesuai  waktunya.
            Selama dalam menyusun makalah dengan judul “Sejarah Antropologi Sosial dan Kesehatan”, penulis senantiasa mendapat inspirasi dan dorongan moril maupun materil dari berbagai pihak terutama dari Dosen Antropologi, Pramono Giri K yang telah memberikan saran kepada penulis.
            Penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan baik isi maupun redaksi. Oleh karena itu di dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dan bantuan dari berbagai pihak, maka penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
            Kritik dan saran bersifat membangun, penulis nantikan. Semoga karya ini berguna dan bermanfaat. Amiin.


Magelang, 11 September 2014

Penyusun



DAFTAR ISI







A.     Latar Belakang


Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti ilmu. Menurut Haviland (1994;7) antropogi adalah studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan prilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap mengenai keanekaragaman manusia. Dalam pengertian studi yang mempelajari manusia, antropologi menurut Embaer (1985:2) dapat bersifat akurat atau tidak akurat. Para ahli antropologi tertarik untuk mempelajari kapan, dimana, dan bagaimana manusia pada mulanya muncul di bumi, selaian itu mereka juga mempelajari beraneka ragam ciri-ciri fisik manusia. Para ahliantropolgi juga tertarik untuk mempelajari bagaimana dan mengapa suatu masyarakat memilki pemikiran dan kebiasaan pada masa lampau dan masa kini.
Ketidak akuratan pengertian sebagaimana pembagian diatas juga muncul karena dengan pengertian tersebut antropolgi dapat digabungkan denngan disiplin ilmu manusia lainnya seperti sosiologi, psikologi, ilmu politik, ekonomi, sejarah, biologi manusia, dan bahkan dapat digabungkan dengan disiplin humanistic seperti filsafat dan sastra.
Banyaknya disiplin lain yang juga memiliki perhatian dengan permasalahan manusia, tentu tidak akan merasa senang bila diterima sebagai sebagian atau cabang ilmu antropolgi. Memang kebanyakan dari ilmu-ilmu tersebut sudah terpisahkan sebagai disiplin sendiri lebih lama dari antropologi, dan masing-masing mempertimbangkan wilayah kajian mereka untuk menjadi berbeda dari yang lain.

Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Ilmu Antropologi.

Sejarah perkembangan Antropologi menurut Koentjaraningrat (1996:1-3) terdiri dari empat fase, yaitu:
a. Fase Pertama (Sebelum 1800)
Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suku-suku bangsa di benua Asia, Afrika, Amerika, dan Oseania mulai kedatangan orang-orang Eropa Barat selam kurang lebih 4 abad. Orang-orang eropa tersebut, yang antara lain terdiri dari para musafir, pelaut, pendeta, kaum nasrani, maupun para pegawai pemerintahan jajahan, mulai menerbitkan buku-buku kisah perjalanan, laporan dan lain-lain yang mendeskripsikan kondisi dari bangsa-bangsa yang mereka kunjungi. Deskripsi tersebut berupa adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, atau cirri-ciri fisik. Deskripsi tersebut kemudian disebut sebagai "etnografi" (dari kata etnos berarti bahasa.
b. Fase kedua (kira-kira Pertengahan Abad ke-19)
Pada awal abad ke-19, ada usaha-usaha untuk mengintegrasikan secara serius beerapa karangan-karangan yang membahas masyarakat dan kebudayaan di dunia pada berbagai tingkat evolusi. Masyarakat dan kebudayaan di dunia tersebut mentangkut masyarakat yang dianggap "primitiv" yang tingkat evolusinya sangat lambat, maupun masyarakat yang tingkatannya sudah dianggap maju. Pada sekitar 1860, lahirlah antropologi setelah terdapat bebarapa karangan yang mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat evolusi.
c. Fase Ketiga ( Awal Abad ke-20)
Pada awal abad ke-20, sebagian besar Negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan mereka. Dalam era colonial tersebut, ilmu Antropologi menjadi semakin penting bagi kepentingan kolonialisme.
Pada fase ini dimulai ada anggapan bahwa mempelajari bangsa-bangsa non Eropa ternyata makin penting karena masyarakat tersebut pada umumnya belum sekompleks bangsa-bangsa Eropa. Dengan pemahaman mengenai masyarakat yang tidak kompleks, maka hal itu akan menambah pemahaman tentang masyarakat yang kompleks.
d. Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)
Pada fase ini, antropologi berkembang pesat dan lebih berorientasi akademik. Penembangannya meliputu ketelitian bahan pengetahuannya maupun metode-metode ilmiahnya. Di lain pihak muncul pula sikap anti kolonialisme dan gejala makin berkurangnya bangsa-bangsa primitive (yaitu bangsa-bangsa yang tidak memperoleh pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika) setelahPerang Dunia II.
Menyebabkan bahwa antropologi kemudian seolah-olah kehilangan lapangan. Oleh karena itu sasaran dan objek penelitian para ahli antropologi sejak tahun 1930 telah beralih dari suku-suku bangsa primitiv non Eropa kepada penduduk pedesaan, termasuk daerah-daerah pedesaan Eropa dan Amerika. Secara akademik perkembangan antropologi pada fase ini ditandai dengan symposium internasional pada tahun 1950-an, guna membahas tujuan dan ruang lingkup antropologi oleh para ahli dari Amerika dan Eropa.
Pada fase keempat ini antropologi memiliki dua tujuan utama:
1.      Tujuan Akademis, untuk mencapai pemahaman tentang manusia berdasarkan bentuk fisiknya, masyarakatnya, maupun kebudayaannya.
2. Tujuan Praktis, untuk kepentingan pembangunan
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna. Demikianlah maka antropologi dipecah – pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli antropologi masing – masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk mendalami studi secara mendalam pada bagian – bagian tertentu dalam antropologi. Dengan demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi banyak, sesuai dengan perkembangan ahli – ahli antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami sifat – sifat dan hajat hidup manusia secara lebih banyak.




B.     Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, maka dapat di jabarkan rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.    Apakah definisi antropologi sosial?
2.    Bagaimana sejarah antropologi sosial?
3.  Apakah definisi antropologi kesehatan?
4.  Bagaimana sejarah antropologi kesehatan?
5. Bagaimana hubungan manusia dengan kebudayaan?
6. Bagaimana hubungan manusia dengan sosial?

C.  Tujuan


Dalam penyusunan makalah berjudul “Sejarah Antropologi Sosial dan Kesehatan” ini, penulis berharap dapat memeberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun pembaca dan masyarakat luas.
Adapun tujuan berikut adalah sebagai berikut:
v  Bagi Penulis
1.   Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi yang di bimbing oleh Bapak Pramono Giri K.
2.  Makalah ini dibuat agar penulis lebih memahami mengenai sejarah antropologi sosial dan kesehatan.
v  Bagi Pembaca
1.      Memahami pengertian dan sejarah antropologi.
2.      Mengetahui sejarah antropologi sosial dan kesehatan...





A.     Definisi Antropologi Sosial.


Antropologi social adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. mempelajari seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan manusia. Yang  menghadirkan orang lain baik secara nyata maupun imajiner dalam etnis kebudayaan tertentu.

B.     Sejarah Antropologi Sosial


Sejarah antropologi sosial memang tak lepas dengan sejarah antropologi itu sendiri,pada abad ke 18 yang lahir dari zaman Enlightenment. Di Prancis sejarah antropologi sosial bermula dengan munculnya tokoh Montesquieu ( 1688-1755 ) dengan bukunya yang berjudul De L’Esprit des Lois ( 1748 ) mengenai polotik,sosial,falsafah. Setelah itu muncul D’Alembert,Condercet,Turgot,pengikut Encyclopaedist dan Phisiocrat hingga kepada Saint Simon ( 1760-1825 ).Saint Simon sebagai anggota Elightment menyarankan bahwa ilmuan harus menganalisa fakta bukan konsep dalam kajian.
Selanjutnya Auguste Comte ( 1798 -1857 ) merupakan pengikut Simon namun berbeda pendapat dengannya.Comte ahli fikir yang lebih sistematis namun tetap menanamkan disiplin ilmu kemasyarakatan yang dirancang sebagai “sosilogi”.Jadi aliran rasionalisme falsafah perancis mempengaruhi bidang antropologi inggris dengan kuat,terutama melalui penulisan Durkheim dan para pengikutnya serta Levy-Bruhl yang mempunyai pemikiran sama dengan Simon.Dua orang penulis yang telah menarik perhatian para antropolog sosial berkenaan dengan analiasa mengenai fungsi ialah Hubert Spencer dan Emile Durkheim.Keduanya mencoba merangkum seluruh pengetahuan manusia dan dalam mereka mencoba membentuk suatu ilmu kemasyarakatan yang lengkap dan disebut Super organic ( manusia merupakan suatu evolusi alami dan merupakan lanjutan evolusi organic yang tidak dapat dihindarkan ).
Penulisan Emile Durkheim menimbulkan pengaruh lebih tepat dan mendalam terhadap antropologi sosial Karena teori-teori sosiologi umum yang dikemukakan dalam pengkajian mengenai masyarakat primitive secara menyakinkan.(contoh karya ).pendapat Durkheim ; Fakta-fakta sosial tidak dapat diterangkan dari segi psikologi individu kalau ia berada di luar dan terpisah dari pemikiran individu tersebut.misalnya bahasa yang merupakan sui generis.Fakta-fakta dicirikan dengan bentuk yang umum,dapat diturunkan dan beberapa paksaan.Semua anggota masyarakat umumnya mempunyai kebiasaan,adat istiadat,bahasa dan moral yang sama.mereka juga takhluk pada suatu kerangka institusi politik,hukum dan ekonomi.Semua hal tersebut membentuk suatu struktur yang dapat dikatakan stabil karena dibutuhkan dalam jangkau yang lama dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Profesor Radcliffe-Brown telah menyatakan konsep bahwa konsep fungsi yang digunakan bagi masyarakat manusia adalah kepada analogi antara kehidupan sosial dan organic.Penekanan antropologi fungsional terhadap konsep system sosial dan selanjutnya mengenai pentingnya pengkajian yang sistematis tentang kehidupan sosial masyarakat primitive yang ada sekarang bukan saja telah mimisahkan disiplin antropologi sosial dari etnografi bahkan menggabungkan pengkajian teorikal mengenai institusi dengan pengkajian bercorak penelitian lapangan mengenai kehidupan sosial masyarakat primitive.Pada masa sekarang antropolog sosial mengkaji masyarakat yang mempunyai kebudayaan yang bersejarah.apa yang dilakukan seorang antropologi sosial dapat dibagi tiga tingkat:
Tingkat pertama: Sebagai seorang ahli etnografi dia  tinggal bersama dalam suatu masyarakat primitive dan mempelajari cara hidup mereka.Dia mempelajari tutur kata masyarakat itu,berfikir dari segi konsep mereka,dan merasakan apa yang mereka rasakan.Kemudian dia akan menghidupkan kembali pengalaman secara kritis dan menguraikan dari segi kategori konsep dan nilai budaya dan menurut pengertian umum disiplin ilmiahnya.Dengan kata lain dai mengartikannya dari kebudayaan kepada kebudayaan yang lain.
Tingkat Kedua: Dia akan mencoba untuk melampaui garis literary dan impressionistic untuk mengetahi struktur masyarakat untuk menyelidiki system fonologi dan tat bahasa tersebut.Jadi seorang sntropolog sosial tidak ajkan merasa puas hanya dengan memperhatikan dan menerangkan kehidupan sosial suatu masyarakat primitive itu saja tetapi akn mencoba mengungkapkan struktur dasar masyarakat itu.
Tingkat Ketiga: Membandingkan pola-pola tadi dengan pola-pola masyarakat lainnya.Dengan ini antropolg sosial akan dapat  memperluas pengetahuannya tentang dasar struktur tipologi mengenai bentuk masyrakat,menentukan cirri-ciri utamanya dan sebab-sebab mengapa terjadinya perbedaan di antara masyarakat itu.
Ketiga tingkatan tersebut berpedoman pada antropologi sosial mengkaji masyarakat sebagai system moral atau simbolik bukan sebagai sistem alami.

Tokoh-Tokoh  Perkembangan Antropologi Sosial

EDWARD B TYLOR
Edward B Tylor ( 1832-1917 ) adalah orang inggris yang mendapatkan pendidikan dalam kesusaatraan dan peradaban Yunani dan Rum Klasik,dan baru kemudian tertarik akan ilmu arkeologi.Karena ia mendapat kesempatan untuk turut dengan keluarganya berkelana ke Afrika dan Asia,ia tertarik untuk membaca etnografi.Buku pertama Tylor adalah Anahuac,or Mexico and the Mexicans,Ancient and Modern ( 1861 ).Ia diangkat menjadi gurubesar di Universitas Oxford tahun 1883.evolusionismenya dituangkan dalam bukunya yang berjudul Researches into the Early History of Mankind.Diantara beratus-ratus buku karyanya ada dua jilid Primitive Culture: Researches into the Devolopment of Mythology,Philosofy,Religion,Language,Art and Custom yang ia teliti sendiri (1874 )menjelaskan dua hal,pertama perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati dan kedua tentang peristiwa mimpi.

LEWIS HENRY MORGAN
Lewis Henry Morgan ( 1818-1881 ) adalah seorang ahli hukum yang lama tinggal di antar suku-suku  bangsa Indian Iroquois di daerah hulu sungai St. Lawrence dan di sebelah selatan danau-danau besar Ontario dan erie ( Negara bagian New York ) sebagai pengacara bagi orang-orang Indian dalam soal-soal tanah.Karangan etnografi yang pertama terbit tahun 1851 berjudul League of the Ho-de-no-Sau-nie or Iroquois.Morgan percaya kepada konsep evolusi masyarakat,melalui karya pokok yang berjudul Ancient Society ( 1877 ) mencoba melukiskan evolusi masyarakat dan kebudayaan melalui delapan tingkat.evolusi yang universal ( zaman liar tua,zaman liar madya,zaman liar muda,zaman barbar tua,zaman barbar madya,zaman barbar muda,zaman peradaban purba,zaman peradaban masakini ).

FRANZ BOAS
Franz Boas ( 1858-1942 ) adalah seorang ahli geografi yang berasal dari jerman.Boas melakukan ekspedisi tunggal ke darah suku-suku bangsa Eskimo di pantai Pulau Baffinland dalam tahun 1883 hingga 1884.Bahan etnografi yang dikumpulkannya dipakai untuk mengisi buku The Central Eskimo ( 1888 ).Fanz Boas menjadi dosen ilmu antropologi di Universitas Columbia di New York dan dikenal sebagai Bapak Antropologi.Boas mempunyai konsep marginal survival yaitu pertumbuhan kebudayaan menyebabkan unsu-unsur baru yang akan mendesak unsure-unsur lam kearah pinggir.Sehingga apabila ingin mencari unsur-unsur kuno maka tempat untuk mendapatkannya adalah di daerah-daerah pinggir.

EMILE DURKHEIM
Emile Durkheim ( 1858-1917 ) adalah seorang perancis yang belajar mengenai teologi untuk menjadi rabbi atau pendeta Yahudi,kemudia pindah belajar kesusastraan perancis di suatu Lycee di Paris.Tahun 1887 ia menjadi dosen ilmu sosiologi di Universitas Bordeaux,dan menulis buku tentang pembagian kerja dalam masyarakat yang berjudul De la Divisison du Travall Social ( 1893 ),tentang masalah aturan-aturan metode sosiologi yang berjudul Les Regles de la Methode Sociologique ( 1895 ),tentang gejala bunuh diri yang berjudul Le Suicide.Landasan dari seluruh car berpikir dukheim adalah pandangan mengenai suatu masyarakat yang hidup.Manusia-manusianya disebut individu sedangkan tingkha laku mereka disebut gejala atau fakta individual.



C.     Definisi Antropologi Kesehatan.

Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia.
Antropologi kesehatan membantu mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, diantaranya:
1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes)
2. Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural maupun supernatural atau penyihir
3. Kelompok 'healers' ditemukan dengan bentuk yang berbeda di setiap kelompok masyarakat
4. Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh
5. Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan 'sakit' atau 'penyakit' tidak secara individual, terutama "illness dan sickness" pada keluarga ataupun masyarakat.
Jika diumpamakan sebagai kewajiban, maka tugas utama ahli antropologi kesehatan diantaranya: bagaimana individu di masyarakat mempunyai persepsi dan bereaksi terhadap "ill" dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaan sosial di lingkungan tempat tinggalnya.
Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi dan saling berkontribusi dalam memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu lain. Misalnya dalam bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan epidemiologi.
Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat tertentu. Contoh: penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara Timur ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga.
Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut:
1. Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang membangun. Contoh pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme yang menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik.
2. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan.
3. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan interpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.
Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan terhadap antropologi kesehatan, antara lain:
(1) Antropologi fisik/biologi/ragawi, Contoh: nutrisi mempengaruhi pertumbuhan, bentuk tubuh, variasi penyakit. Selain itu juga mempelajari evolusi penyakit sebagai akibat faktor budaya, migrasi dan urbanisasi.
(2) Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat primitif atau yang masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan lebih lanjut stereotipe ini harus dihindari karena pengobatan tradisional tidak selamanya terbelakang atau salah.
(3) Kepribadian dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di berbagai belahan dunia. Misalnya: perawatan schizophrenia di suatu daerah untuk mencari penyembuhan yang tepat dapat digunakan untuk mengevaluasi pola perawatan penyakit yang sama.
(4) Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan bekerjasama dengan antropologi untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan praktek kesehatan.

D.    Sejarah Perkembangan antropologi Kesehatan


·         Tahun 1849 Rudolf Virchow, menulis apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehatmaupun yang sakit, maka apa pula ilmu yang merumuskan hukum-hukumsebagai dasar struktur sosial, untuk menjadikan efektif hal-hal yang inherendalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat melihat struktur sosialyang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapatditetapkan sebagai antropologi.
·         Tahun 1953, Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat pada tulisan yang ditulis berjudul “Appied Anthopology”. Tulisan ini merupakan tour the force yang cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan suatu subdisiplin baru.
·         Tahun 1963, Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai kedokteran dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu antropologi.
·         Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah dengan munculnya tulisan yang dibuat Pearsal (1963) yang berjudul Medical Behaviour Sciene yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang terdaftar dalam bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya sistem medis bagi Antropologi.




Perhatian Ekologis Dari Para Ahli Antropologi
·         Ahli antropologi kesehatan berorientasi ekologi, menaruh perhatian pada hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan alamnya, tingkah laku, penyakit dan cara-cara dimana tingkah laku dan penyakit mempengaruhi evolusi dan kebudayaan melalui proses umpan balik.
·         Lingkungan manusia bersifat alamiah dan sosbud, semua kelompok harus berdaptasi dengan lingkungan geografi dan iklim, belajar mengeksploitasi sumber yang tersedia untuk kehidupan dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diciptakan sendiri dan dimana mereka hidup.
·         Manusia menderita penyakit selain karena patologinya juga karena sosial psikologi dan faktor budayanya.
Paleopatologi
Merupakan studi mengenai penyakit manusia purba, yang menjelaskan bagaimana manusia dulu dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka hidup dan mengenai cara hidup.Misalnya: Kerangka pada kuburan Anglo-Saxonditemuka fraktur pada tulang betis oleh karena sering jatuh (tanah keras dan bukit terjal), sedangkan pada suku Nubia di zaman Mesir kuno ditemukan patah yang sering pada lengan diperkirakan karena menahan pukulan (karakteristik suku yang gampang marah dan suka memukul
Penyakit dan Evolusi
Penyakit infeksi merupakan faktor penting dalam evolusi manusia melalui proses evolusi dari proteksi genetik, makanya nenek moyang kita dapat mengatasi ancaman penyakit dalam kehidupan individu dan kelompok.
Misalnya : adanya gen anti malaria (sel darah merah berbentuk sabit pada penduduk Afrika Barat). Pada penduduk kulit hitam di Amerika sel sabit menimbulkan Penyakit Anemia sel sabit (Sickle-cell Anemia)




E.      HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN MANUSIA


1.       HUBUNGAN MANUSIA  DAN  KEBUDAYAAN


Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan. Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi.
Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu, sebagai:
1) penganut kebudayaan,
2) pembawa kebudayaan,
3) manipulator kebudayaan,
4) pencipta kebudayaan.
Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara. Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

2.   HUBUNGAN MANUSIA  DAN  SOSIAL


Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah ZOON POLITICON artinya bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial.
Manusia dikenal sebagai makhluk sosial dan makhluk budaya. Makhluk sosial artinya bahwa kita tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan manusia lain. sebagai makhluk budaya menandakan bahwa manusia memiliki akal budi yang membedakan dengan makhluk hidup lain dibumi ini.
Masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, tetapi dapat juga menuju ke arah kemunduran. Terkadang perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung dengan cepat, sehingga membingungkan dan menimbulkan ”kejutan budaya” bagi masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi atau keyakinan.
Perubahan di berbagai bidang sering disebut sebagai perubahan sosial dan perubahan budaya karena proses berlangsungnya dapat terjadi secara bersamaan. 

Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a.       Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b.      Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c.       Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d.      Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia

Manusia sebagai Makhluk yang Berbudaya
Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Budaya adalah suatu pola dari asumsi-asumsi dasar (keyakinan dan harapan) yang ditemukan ataupun dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dari organisasi, dan kemudian menjadi acuan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan adaptasi keluar dan integrasi internal, dan karena dalam kurun waktu tertentu telah berjalan atau bekerja dengan baik, maka dipandang sah, akhirnya kebudayaan dibakukan bahwa setiap anggota organisasi harus menerimanya sebagai cara yang tepat dalam pendekatan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi.
Sedangkan kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Kata budaya atau kebudayaan itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Pengaruh manusia dan kebudayaannya dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhirnya merupakan satu kesatuan. 
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa di sebuah lingkungan tertentu akan berbeda kebiasaanya dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula. 

Ruang lingkup sosial budaya
Sosial dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem hidup bersama dalam masyarakat. Budaya atau kebudayaan adalah cara atau sikap hidup manusia dalam hubungannya dengan alam dan lingkungan sekitarnya. Jadi, sosial budaya adalah sekelompok masyarakat yang bekerja bersama-sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan hidup dalam bermasyarakat.
Dalam sosial budaya juga dikenal sistem sosial budaya, artinya keseluruhan dari unsur-unsur tata nilai, tata sosial, dan tata laku manusia yang saling berkaitan dan bekerja sama saling mendukung untuk mencapai tujuan hidup bermasyarakat.
Manusia adalah orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Keduanya tidak dapat dipisahkan dan merupakan dwitunggal. Tak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan juga sebaliknya.
Sosial budaya merupakan bagian dari kehidupan kita sebagai anggota masyarakat. Sebagai makhluk sosial maka kita menjadi bagian dalam sebuah sistem kemasyarakatan yang mencakup bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta hukum.
Saat kita hidup bermasyarakat maka akan menghasilkan sebuah kebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Dalam sebuah kebudayaan dikenal dengan nama unsur-unsur kebudayaan, sebagai berikut:
a.       Peralatan dan perlengkapan hidup manusia.
b.      Mata pencarian
c.       Bahasa
d.      Kesenian
e.       Sistem pengetahuan
f.       Religi




A.    KESIMPULAN

Antropologi berasal dari bahasa yunani, asal kata dari anthoropus berarti manusia , dan logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara harfiah antropologi adalah ilmu kemanusiaan. Para ahli antropologi sering mengemukakan bahwa antropologi marupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kemanisiaan baik dalam bentuk fisik, kemanusiaan, dan kebudayaanya,
Secara khusus, ilmu antropologi terbagi kedalam lima subilmu yang mempelajari:
1.      Masalah asal dan perkembangan manusia atau evolusinya secara biologis.
2.      Masalah terjadinya aneka ragam fisik manusia.
3.      Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam kebudayaan manusia.
4.  Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam bahasa yangdiucapkan seluruh dunia.
5.     Masalah mengenai asas-asas dari masyarakat dan kebudayaan manusia dari aneka ragam suku bangsa yang tersebar diseluruh dunia masa kini.

B. SARAN
Setelah melakukan penulisan makalah ini, penulis menyarankan kepada pembaca agar :Kepada generasi muda dapat mengetahui sejarah antropologi sosial dan kesehatan. Selain itu, untuk menghindari ethnosentrisme yang sempit karena dengan mempelajari anthropologi kita mampu memahami berbagai perbedaan ras dam ethnic yang berbeda sehingga menghindari kesalahpahaman antar budaya yang berbeda.





DAFTAR PUSTAKA


·         dauzzsimololkumpulanmakalahfkm.blogspot.com/2010/02/antropologi-kesehatan.html