Puji dan syukur kita panjatkan ke
hadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia – Nya lah sehingga penulis
dapat menyelesaikan Makalah Antropologi ini
sesuai waktunya.
Selama dalam menyusun makalah dengan judul “Sejarah Antropologi Sosial dan
Kesehatan”, penulis senantiasa mendapat inspirasi dan dorongan moril maupun
materil dari berbagai pihak terutama dari Dosen Antropologi, Pramono Giri K yang
telah memberikan saran kepada penulis.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan baik isi maupun redaksi.
Oleh karena itu di dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dan bantuan dari
berbagai pihak, maka penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
Kritik dan saran bersifat membangun, penulis nantikan. Semoga karya ini berguna
dan bermanfaat. Amiin.
Magelang,
11 September 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Antropologi berasal dari kata anthropos
yang berarti manusia, dan logos yang berarti ilmu. Menurut Haviland (1994;7)
antropogi adalah studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi
yang bermanfaat tentang manusia dan prilakunya, dan untuk memperoleh pengertian
yang lengkap mengenai keanekaragaman manusia. Dalam pengertian studi yang
mempelajari manusia, antropologi menurut Embaer (1985:2) dapat bersifat akurat
atau tidak akurat. Para ahli antropologi tertarik untuk mempelajari kapan,
dimana, dan bagaimana manusia pada mulanya muncul di bumi, selaian itu mereka
juga mempelajari beraneka ragam ciri-ciri fisik manusia. Para ahliantropolgi
juga tertarik untuk mempelajari bagaimana dan mengapa suatu masyarakat memilki
pemikiran dan kebiasaan pada masa lampau dan masa kini.
Ketidak akuratan pengertian
sebagaimana pembagian diatas juga muncul karena dengan pengertian tersebut
antropolgi dapat digabungkan denngan disiplin ilmu manusia lainnya seperti
sosiologi, psikologi, ilmu politik, ekonomi, sejarah, biologi manusia, dan
bahkan dapat digabungkan dengan disiplin humanistic seperti filsafat dan
sastra.
Banyaknya disiplin lain yang juga
memiliki perhatian dengan permasalahan manusia, tentu tidak akan merasa senang
bila diterima sebagai sebagian atau cabang ilmu antropolgi. Memang kebanyakan
dari ilmu-ilmu tersebut sudah terpisahkan sebagai disiplin sendiri lebih lama
dari antropologi, dan masing-masing mempertimbangkan wilayah kajian mereka
untuk menjadi berbeda dari yang lain.
Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan
Ilmu Antropologi.
Sejarah perkembangan Antropologi
menurut Koentjaraningrat (1996:1-3) terdiri dari empat fase, yaitu:
a.
Fase Pertama (Sebelum 1800)
Sejak
akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suku-suku bangsa di benua Asia, Afrika,
Amerika, dan Oseania mulai kedatangan orang-orang Eropa Barat selam kurang
lebih 4 abad. Orang-orang eropa tersebut, yang antara lain terdiri dari para
musafir, pelaut, pendeta, kaum nasrani, maupun para pegawai pemerintahan
jajahan, mulai menerbitkan buku-buku kisah perjalanan, laporan dan lain-lain
yang mendeskripsikan kondisi dari bangsa-bangsa yang mereka kunjungi. Deskripsi
tersebut berupa adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, atau cirri-ciri
fisik. Deskripsi tersebut kemudian disebut sebagai "etnografi" (dari
kata etnos berarti bahasa.
b.
Fase kedua (kira-kira Pertengahan Abad ke-19)
Pada
awal abad ke-19, ada usaha-usaha untuk mengintegrasikan secara serius beerapa
karangan-karangan yang membahas masyarakat dan kebudayaan di dunia pada
berbagai tingkat evolusi. Masyarakat dan kebudayaan di dunia tersebut
mentangkut masyarakat yang dianggap "primitiv" yang tingkat evolusinya
sangat lambat, maupun masyarakat yang tingkatannya sudah dianggap maju. Pada
sekitar 1860, lahirlah antropologi setelah terdapat bebarapa karangan yang
mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam
berbagai tingkat evolusi.
c.
Fase Ketiga ( Awal Abad ke-20)
Pada
awal abad ke-20, sebagian besar Negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan
kekuasaannya di daerah-daerah jajahan mereka. Dalam era colonial tersebut, ilmu
Antropologi menjadi semakin penting bagi kepentingan kolonialisme.
Pada
fase ini dimulai ada anggapan bahwa mempelajari bangsa-bangsa non Eropa
ternyata makin penting karena masyarakat tersebut pada umumnya belum sekompleks
bangsa-bangsa Eropa. Dengan pemahaman mengenai masyarakat yang tidak kompleks,
maka hal itu akan menambah pemahaman tentang masyarakat yang kompleks.
d.
Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)
Pada
fase ini, antropologi berkembang pesat dan lebih berorientasi akademik.
Penembangannya meliputu ketelitian bahan pengetahuannya maupun metode-metode ilmiahnya.
Di lain pihak muncul pula sikap anti kolonialisme dan gejala makin berkurangnya
bangsa-bangsa primitive (yaitu bangsa-bangsa yang tidak memperoleh pengaruh
kebudayaan Eropa-Amerika) setelahPerang Dunia II.
Menyebabkan bahwa antropologi
kemudian seolah-olah kehilangan lapangan. Oleh karena itu sasaran dan objek
penelitian para ahli antropologi sejak tahun 1930 telah beralih dari suku-suku
bangsa primitiv non Eropa kepada penduduk pedesaan, termasuk daerah-daerah
pedesaan Eropa dan Amerika. Secara akademik perkembangan antropologi pada fase
ini ditandai dengan symposium internasional pada tahun 1950-an, guna membahas
tujuan dan ruang lingkup antropologi oleh para ahli dari Amerika dan Eropa.
Pada fase keempat ini antropologi
memiliki dua tujuan utama:
1. Tujuan Akademis, untuk mencapai
pemahaman tentang manusia berdasarkan bentuk fisiknya, masyarakatnya, maupun
kebudayaannya.
2. Tujuan Praktis, untuk kepentingan
pembangunan
Sebagai suatu disiplin ilmu yang
sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli antropologi yang mampu
menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna. Demikianlah maka
antropologi dipecah – pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli antropologi
masing – masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan kemampuannya
untuk mendalami studi secara mendalam pada bagian – bagian tertentu dalam
antropologi. Dengan demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi banyak,
sesuai dengan perkembangan ahli – ahli antropologi dalam mengarahkan studinya
untuk lebih mamahami sifat – sifat dan hajat hidup manusia secara lebih banyak.
Dari latar
belakang yang dipaparkan di atas, maka dapat di jabarkan rumusan masalahnya
sebagai berikut:
1. Apakah definisi antropologi sosial?
2. Bagaimana sejarah
antropologi sosial?
3. Apakah definisi
antropologi kesehatan?
4. Bagaimana sejarah
antropologi kesehatan?
5. Bagaimana hubungan manusia dengan kebudayaan?
6.
Bagaimana hubungan manusia dengan sosial?
Dalam
penyusunan makalah berjudul “Sejarah Antropologi Sosial dan Kesehatan” ini,
penulis berharap dapat memeberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun
pembaca dan masyarakat luas.
Adapun
tujuan berikut adalah sebagai berikut:
v Bagi Penulis
1.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Antropologi yang di bimbing oleh Bapak Pramono Giri K.
2.
Makalah ini dibuat agar penulis lebih memahami mengenai sejarah
antropologi sosial dan kesehatan.
v Bagi Pembaca
1.
Memahami
pengertian dan sejarah antropologi.
2.
Mengetahui
sejarah antropologi sosial dan kesehatan...
Antropologi
social adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. sebuah ilmu yang mempelajari
manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara
berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap
manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. mempelajari seluk-beluk
yang terjadi dalam kehidupan manusia. Yang menghadirkan orang
lain baik secara nyata maupun imajiner dalam etnis kebudayaan tertentu.
Sejarah
antropologi sosial memang tak lepas dengan sejarah antropologi itu sendiri,pada
abad ke 18 yang lahir dari zaman Enlightenment. Di Prancis sejarah antropologi
sosial bermula dengan munculnya tokoh Montesquieu ( 1688-1755 ) dengan bukunya
yang berjudul De L’Esprit des Lois ( 1748 ) mengenai polotik,sosial,falsafah.
Setelah itu muncul D’Alembert,Condercet,Turgot,pengikut Encyclopaedist dan
Phisiocrat hingga kepada Saint Simon ( 1760-1825 ).Saint Simon sebagai anggota
Elightment menyarankan bahwa ilmuan harus menganalisa fakta bukan konsep dalam
kajian.
Selanjutnya
Auguste Comte ( 1798 -1857 ) merupakan pengikut Simon namun berbeda pendapat
dengannya.Comte ahli fikir yang lebih sistematis namun tetap menanamkan
disiplin ilmu kemasyarakatan yang dirancang sebagai “sosilogi”.Jadi aliran
rasionalisme falsafah perancis mempengaruhi bidang antropologi inggris dengan
kuat,terutama melalui penulisan Durkheim dan para pengikutnya serta Levy-Bruhl
yang mempunyai pemikiran sama dengan Simon.Dua orang penulis yang telah menarik
perhatian para antropolog sosial berkenaan dengan analiasa mengenai fungsi
ialah Hubert Spencer dan Emile Durkheim.Keduanya mencoba merangkum seluruh
pengetahuan manusia dan dalam mereka mencoba membentuk suatu ilmu
kemasyarakatan yang lengkap dan disebut Super organic ( manusia merupakan suatu
evolusi alami dan merupakan lanjutan evolusi organic yang tidak dapat
dihindarkan ).
Penulisan
Emile Durkheim menimbulkan pengaruh lebih tepat dan mendalam terhadap
antropologi sosial Karena teori-teori sosiologi umum yang dikemukakan dalam
pengkajian mengenai masyarakat primitive secara menyakinkan.(contoh karya
).pendapat Durkheim ; Fakta-fakta sosial tidak dapat diterangkan dari segi
psikologi individu kalau ia berada di luar dan terpisah dari pemikiran individu
tersebut.misalnya bahasa yang merupakan sui generis.Fakta-fakta dicirikan
dengan bentuk yang umum,dapat diturunkan dan beberapa paksaan.Semua anggota
masyarakat umumnya mempunyai kebiasaan,adat istiadat,bahasa dan moral yang
sama.mereka juga takhluk pada suatu kerangka institusi politik,hukum dan
ekonomi.Semua hal tersebut membentuk suatu struktur yang dapat dikatakan stabil
karena dibutuhkan dalam jangkau yang lama dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Profesor
Radcliffe-Brown telah menyatakan konsep bahwa konsep fungsi yang digunakan bagi
masyarakat manusia adalah kepada analogi antara kehidupan sosial dan
organic.Penekanan antropologi fungsional terhadap konsep system sosial dan
selanjutnya mengenai pentingnya pengkajian yang sistematis tentang kehidupan
sosial masyarakat primitive yang ada sekarang bukan saja telah mimisahkan
disiplin antropologi sosial dari etnografi bahkan menggabungkan pengkajian
teorikal mengenai institusi dengan pengkajian bercorak penelitian lapangan
mengenai kehidupan sosial masyarakat primitive.Pada masa sekarang antropolog
sosial mengkaji masyarakat yang mempunyai kebudayaan yang bersejarah.apa yang
dilakukan seorang antropologi sosial dapat dibagi tiga tingkat:
Tingkat
pertama: Sebagai seorang ahli etnografi dia tinggal bersama dalam suatu
masyarakat primitive dan mempelajari cara hidup mereka.Dia mempelajari tutur
kata masyarakat itu,berfikir dari segi konsep mereka,dan merasakan apa yang
mereka rasakan.Kemudian dia akan menghidupkan kembali pengalaman secara kritis
dan menguraikan dari segi kategori konsep dan nilai budaya dan menurut
pengertian umum disiplin ilmiahnya.Dengan kata lain dai mengartikannya dari
kebudayaan kepada kebudayaan yang lain.
Tingkat
Kedua: Dia akan mencoba untuk melampaui garis literary dan impressionistic
untuk mengetahi struktur masyarakat untuk menyelidiki system fonologi dan tat
bahasa tersebut.Jadi seorang sntropolog sosial tidak ajkan merasa puas hanya
dengan memperhatikan dan menerangkan kehidupan sosial suatu masyarakat
primitive itu saja tetapi akn mencoba mengungkapkan struktur dasar masyarakat
itu.
Tingkat
Ketiga: Membandingkan pola-pola tadi dengan pola-pola masyarakat lainnya.Dengan
ini antropolg sosial akan dapat memperluas pengetahuannya tentang dasar
struktur tipologi mengenai bentuk masyrakat,menentukan cirri-ciri utamanya dan
sebab-sebab mengapa terjadinya perbedaan di antara masyarakat itu.
Ketiga
tingkatan tersebut berpedoman pada antropologi sosial mengkaji masyarakat sebagai
system moral atau simbolik bukan sebagai sistem alami.
Tokoh-Tokoh
Perkembangan Antropologi Sosial
EDWARD B
TYLOR
Edward B
Tylor ( 1832-1917 ) adalah orang inggris yang mendapatkan pendidikan dalam
kesusaatraan dan peradaban Yunani dan Rum Klasik,dan baru kemudian tertarik
akan ilmu arkeologi.Karena ia mendapat kesempatan untuk turut dengan
keluarganya berkelana ke Afrika dan Asia,ia tertarik untuk membaca
etnografi.Buku pertama Tylor adalah Anahuac,or Mexico and the Mexicans,Ancient
and Modern ( 1861 ).Ia diangkat menjadi gurubesar di Universitas Oxford tahun
1883.evolusionismenya dituangkan dalam bukunya yang berjudul Researches into
the Early History of Mankind.Diantara beratus-ratus buku karyanya ada dua jilid
Primitive Culture: Researches into the Devolopment of
Mythology,Philosofy,Religion,Language,Art and Custom yang ia teliti sendiri
(1874 )menjelaskan dua hal,pertama perbedaan yang tampak pada manusia antara
hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati dan kedua tentang peristiwa mimpi.
LEWIS HENRY
MORGAN
Lewis Henry
Morgan ( 1818-1881 ) adalah seorang ahli hukum yang lama tinggal di antar
suku-suku bangsa Indian Iroquois di daerah hulu sungai St. Lawrence dan
di sebelah selatan danau-danau besar Ontario dan erie ( Negara bagian New York
) sebagai pengacara bagi orang-orang Indian dalam soal-soal tanah.Karangan
etnografi yang pertama terbit tahun 1851 berjudul League of the
Ho-de-no-Sau-nie or Iroquois.Morgan percaya kepada konsep evolusi
masyarakat,melalui karya pokok yang berjudul Ancient Society ( 1877 ) mencoba
melukiskan evolusi masyarakat dan kebudayaan melalui delapan tingkat.evolusi
yang universal ( zaman liar tua,zaman liar madya,zaman liar muda,zaman barbar
tua,zaman barbar madya,zaman barbar muda,zaman peradaban purba,zaman peradaban
masakini ).
FRANZ BOAS
Franz Boas (
1858-1942 ) adalah seorang ahli geografi yang berasal dari jerman.Boas
melakukan ekspedisi tunggal ke darah suku-suku bangsa Eskimo di pantai Pulau
Baffinland dalam tahun 1883 hingga 1884.Bahan etnografi yang dikumpulkannya
dipakai untuk mengisi buku The Central Eskimo ( 1888 ).Fanz Boas menjadi dosen
ilmu antropologi di Universitas Columbia di New York dan dikenal sebagai Bapak
Antropologi.Boas mempunyai konsep marginal survival yaitu pertumbuhan
kebudayaan menyebabkan unsu-unsur baru yang akan mendesak unsure-unsur lam
kearah pinggir.Sehingga apabila ingin mencari unsur-unsur kuno maka tempat
untuk mendapatkannya adalah di daerah-daerah pinggir.
EMILE
DURKHEIM
Emile
Durkheim ( 1858-1917 ) adalah seorang perancis yang belajar mengenai teologi
untuk menjadi rabbi atau pendeta Yahudi,kemudia pindah belajar kesusastraan
perancis di suatu Lycee di Paris.Tahun 1887 ia menjadi dosen ilmu sosiologi di
Universitas Bordeaux,dan menulis buku tentang pembagian kerja dalam masyarakat
yang berjudul De la Divisison du Travall Social ( 1893 ),tentang masalah
aturan-aturan metode sosiologi yang berjudul Les Regles de la Methode
Sociologique ( 1895 ),tentang gejala bunuh diri yang berjudul Le
Suicide.Landasan dari seluruh car berpikir dukheim adalah pandangan mengenai
suatu masyarakat yang hidup.Manusia-manusianya disebut individu sedangkan
tingkha laku mereka disebut gejala atau fakta individual.
C.
Definisi Antropologi
Kesehatan.
Antropologi Kesehatan adalah
disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budaya dari
tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya
sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit
pada manusia.
Antropologi
kesehatan membantu mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang
berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, diantaranya:
1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes)
2. Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan
supranatural maupun supernatural atau penyihir
3. Kelompok 'healers' ditemukan dengan bentuk yang berbeda di
setiap kelompok masyarakat
4. Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh
5. Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan 'sakit' atau
'penyakit' tidak secara individual, terutama "illness dan sickness"
pada keluarga ataupun masyarakat.
Jika diumpamakan sebagai kewajiban,
maka tugas utama ahli antropologi
kesehatan diantaranya:
bagaimana individu di masyarakat mempunyai persepsi dan bereaksi terhadap
"ill" dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang akan
dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaan sosial di lingkungan
tempat tinggalnya.
Ada beberapa ilmu yang berhubungan
dengan antropologi dan saling berkontribusi dalam memberikan sumbangan untuk
perkembangan ilmu lain. Misalnya dalam bidang biologi, antropologi kesehatan
menggambarkan teknik dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk
mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan
epidemiologi.
Hal ini memungkinkan untuk
menghubungkan antara perubahan biologi yang didapatkan dengan menggunakan
teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat
tertentu. Contoh: penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara
Timur ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota
keluarga.
Secara umum, antropologi kesehatan
senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut:
1. Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara
keseluruhan termasuk individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu
untuk memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu
masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang
membangun. Contoh pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme yang menjadi
dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan
masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik.
2. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk
menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan.
3. Sumbangan
terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun
membantu analisis dan interpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di
masyarakat.
(1)
Antropologi fisik/biologi/ragawi, Contoh: nutrisi mempengaruhi pertumbuhan,
bentuk tubuh, variasi penyakit. Selain itu juga mempelajari evolusi penyakit
sebagai akibat faktor budaya, migrasi dan urbanisasi.
(2)
Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat primitif
atau yang masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan lebih lanjut
stereotipe ini harus dihindari karena pengobatan tradisional tidak selamanya
terbelakang atau salah.
(3)
Kepribadian dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di
berbagai belahan dunia. Misalnya: perawatan schizophrenia di suatu daerah untuk
mencari penyembuhan yang tepat dapat digunakan untuk mengevaluasi pola
perawatan penyakit yang sama.
(4)
Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan bekerjasama dengan
antropologi untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan praktek
kesehatan.
·
Tahun
1849 Rudolf Virchow, menulis apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia
yang sehatmaupun yang sakit, maka apa pula ilmu yang merumuskan
hukum-hukumsebagai dasar struktur sosial, untuk menjadikan efektif hal-hal yang
inherendalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat melihat struktur
sosialyang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapatditetapkan
sebagai antropologi.
·
Tahun
1953, Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan
terdapat pada tulisan yang ditulis berjudul “Appied Anthopology”. Tulisan ini
merupakan tour the force yang cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan
antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan suatu subdisiplin baru.
·
Tahun
1963, Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan
membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai
kedokteran dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi
Amerika benar-benar menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang
kesehatan dan penyakit bagi ilmu antropologi.
·
Pengesahan
lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah dengan munculnya
tulisan yang dibuat Pearsal (1963) yang berjudul Medical Behaviour Sciene yang
berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang terdaftar dalam
bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya sistem medis bagi
Antropologi.
Perhatian Ekologis Dari Para Ahli
Antropologi
·
Ahli
antropologi kesehatan berorientasi ekologi, menaruh perhatian pada hubungan
timbal balik antara manusia dengan lingkungan alamnya, tingkah laku, penyakit
dan cara-cara dimana tingkah laku dan penyakit mempengaruhi evolusi dan
kebudayaan melalui proses umpan balik.
·
Lingkungan
manusia bersifat alamiah dan sosbud, semua kelompok harus berdaptasi dengan
lingkungan geografi dan iklim, belajar mengeksploitasi sumber yang tersedia
untuk kehidupan dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diciptakan
sendiri dan dimana mereka hidup.
·
Manusia
menderita penyakit selain karena patologinya juga karena sosial psikologi dan
faktor budayanya.
Paleopatologi
Merupakan studi
mengenai penyakit manusia purba, yang menjelaskan bagaimana manusia dulu
dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka hidup dan mengenai cara
hidup.Misalnya: Kerangka pada kuburan Anglo-Saxonditemuka fraktur pada tulang
betis oleh karena sering jatuh (tanah keras dan bukit terjal), sedangkan pada
suku Nubia di zaman Mesir kuno ditemukan patah yang sering pada lengan
diperkirakan karena menahan pukulan (karakteristik suku yang gampang marah dan
suka memukul
Penyakit dan Evolusi
Penyakit
infeksi merupakan faktor penting dalam evolusi manusia melalui proses evolusi
dari proteksi genetik, makanya nenek moyang kita dapat mengatasi ancaman
penyakit dalam kehidupan individu dan kelompok.
Misalnya :
adanya gen anti malaria (sel darah merah berbentuk sabit pada penduduk Afrika
Barat). Pada penduduk kulit hitam di Amerika sel sabit menimbulkan Penyakit
Anemia sel sabit (Sickle-cell Anemia)
Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat
erat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi
manusia merupakan kebudayaan. Hampir semua tindakan manusia itu merupakan
kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan
kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang
berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa
proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan
enkulturasi.
Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga
dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia
mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu, sebagai:
1) penganut kebudayaan,
2) pembawa kebudayaan,
3) manipulator kebudayaan,
4) pencipta kebudayaan.
Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada
persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka
manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia
melakukan berbagai cara. Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan.
Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa
kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam
bertingkah laku.
Menurut Aristoteles
(Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah ZOON POLITICON
artinya bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan
berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat.
Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut
makhluk sosial.
Manusia
dikenal sebagai makhluk sosial dan makhluk budaya. Makhluk sosial artinya bahwa
kita tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan manusia lain. sebagai makhluk
budaya menandakan bahwa manusia memiliki akal budi yang membedakan dengan
makhluk hidup lain dibumi ini.
Masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan.
Perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, tetapi
dapat juga menuju ke arah kemunduran. Terkadang perubahan-perubahan yang
terjadi berlangsung dengan cepat, sehingga membingungkan dan menimbulkan ”kejutan budaya”
bagi masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan,
seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi
atau keyakinan.
Perubahan di berbagai bidang sering disebut sebagai
perubahan sosial dan perubahan budaya karena proses berlangsungnya dapat
terjadi secara bersamaan.
Manusia Sebagai
Makhluk Sosial
Menurut kodratnya
manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga
diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan.
Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup
bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir
akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan
sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan
dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia.
Tanpa bantuan
manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan
bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau
bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan,
bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada
aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia
mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki
kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia
akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia
Manusia sebagai
Makhluk yang Berbudaya
Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang
membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil,
maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan
keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Budaya adalah suatu
pola dari asumsi-asumsi dasar (keyakinan dan harapan) yang ditemukan ataupun
dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dari organisasi, dan kemudian
menjadi acuan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
adaptasi keluar dan integrasi internal, dan karena dalam kurun waktu
tertentu telah berjalan atau bekerja dengan baik, maka dipandang sah,
akhirnya kebudayaan dibakukan bahwa setiap anggota organisasi harus menerimanya
sebagai cara yang tepat dalam pendekatan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan
dalam organisasi.
Sedangkan kebudayaan
yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide
atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Kata budaya atau kebudayaan itu
sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia.
Pengaruh manusia
dan kebudayaannya dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai
dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan
satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan tercipta
maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahwa
keduanya akhirnya merupakan satu kesatuan.
Budaya yang
dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan
itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya
yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap
lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa di sebuah lingkungan tertentu akan
berbeda kebiasaanya dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang
berbeda pula.
Ruang lingkup
sosial budaya
Sosial dalam arti
masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan
sistem hidup bersama dalam masyarakat. Budaya atau kebudayaan adalah cara atau
sikap hidup manusia dalam hubungannya dengan alam dan lingkungan sekitarnya.
Jadi, sosial budaya adalah sekelompok masyarakat yang bekerja bersama-sama dan
saling mendukung untuk mencapai tujuan hidup dalam bermasyarakat.
Dalam sosial budaya
juga dikenal sistem sosial budaya, artinya keseluruhan dari unsur-unsur tata
nilai, tata sosial, dan tata laku manusia yang saling berkaitan dan bekerja
sama saling mendukung untuk mencapai tujuan hidup bermasyarakat.
Manusia adalah
orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Keduanya tidak dapat
dipisahkan dan merupakan dwitunggal. Tak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan
juga sebaliknya.
Sosial budaya
merupakan bagian dari kehidupan kita sebagai anggota masyarakat. Sebagai
makhluk sosial maka kita menjadi bagian dalam sebuah sistem kemasyarakatan yang
mencakup bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan,
serta hukum.
Saat kita hidup
bermasyarakat maka akan menghasilkan sebuah kebudayaan. Masyarakat dan
kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tidak ada masyarakat
tanpa kebudayaan dan tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan
pendukungnya. Dalam sebuah kebudayaan dikenal dengan nama unsur-unsur
kebudayaan, sebagai berikut:
a. Peralatan dan
perlengkapan hidup manusia.
b. Mata pencarian
c. Bahasa
d. Kesenian
e. Sistem pengetahuan
f. Religi
A.
KESIMPULAN
Antropologi
berasal dari bahasa yunani, asal kata dari anthoropus berarti manusia , dan
logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara harfiah antropologi adalah ilmu
kemanusiaan. Para ahli antropologi sering mengemukakan bahwa antropologi
marupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang
bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, antropologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang kemanisiaan baik dalam bentuk fisik, kemanusiaan, dan
kebudayaanya,
Secara khusus, ilmu antropologi
terbagi kedalam lima subilmu yang mempelajari:
1. Masalah asal dan perkembangan
manusia atau evolusinya secara biologis.
2. Masalah terjadinya aneka ragam fisik
manusia.
3. Masalah terjadinya perkembangan dan
persebaran aneka ragam kebudayaan manusia.
4.
Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam bahasa
yangdiucapkan seluruh dunia.
5. Masalah mengenai asas-asas dari masyarakat dan kebudayaan
manusia dari aneka ragam suku bangsa yang tersebar diseluruh dunia masa kini.
B. SARAN
Setelah melakukan penulisan makalah ini, penulis menyarankan
kepada pembaca agar :Kepada generasi muda dapat mengetahui sejarah antropologi
sosial dan kesehatan. Selain itu, untuk menghindari ethnosentrisme yang sempit
karena dengan mempelajari anthropologi kita mampu memahami berbagai perbedaan
ras dam ethnic yang berbeda sehingga menghindari kesalahpahaman antar budaya yang
berbeda.
·
dauzzsimololkumpulanmakalahfkm.blogspot.com/2010/02/antropologi-kesehatan.html